Wartanusa.id – Langsa | Akibat kericuhan yang terjadi saat mediasi Direktur Utama (Dirut) PTPN I, Uri Mulyari tantang pengunjuk rasa (demonstran) menduduki jabatannya. Rabu, (11/03/2020).
Saat mediasi baru berlangsung, selain paparkan sejarah, Dirut juga menjelaskan hutang yang saat ini melilit PTPN I sebesar kurang lebih 2,6 Trilyun di mulai sejak masa konflik di Aceh.
Tak tahan atas paparan, perwakilan massa aksi lakukan interupsi untuk langsung ke point pokok tuntutan yaitu pelunasan SHT ke pensiunan terutama kepada pensiunan mulai 2013 ke atas, karena mereka menilai pensiunan tahun 2012 ke bawah sudah dilunasi perusahaan.
Akibat interupsi suasana menjadi ricuh dan penuh ketegangan antara ke dua belah pihak.
Bersamaan dengan kericuhan itulah Dirut mengatakan siap diganti dari jabatannya.
“Ibu saja yang jadi Direktur, gantikan saya duduk di sini,” ungkap Uri sambil menunjuk-nunjuk perwakilan massa, yaitu Ibu Dedek Ismed Fauzi, salah seorang istri pensiunan PTPN I.
Pernyataan itu semakin memancing kemarahan peserta aksi, “selain kurang pantas, pernyataan itu juga tidak bijak dikatakan seorang pemimpin,” ungkap perwakilan massa lainnya di dalam mediasi tersebut yang berlangsung di Aula Kantor Pusat PNTP I.
Itu kan memalukan, masak kek gitu tendensius, seorang direksi emosional,” ucap Yunizam saat konfirmasi membenarkan kembali terkait pernyataan Dirut melalui ponselnya.
Yunizam menambahkan pernyataan itu selain tendensius juga emosional menunjukkan kurang profesional harusnya solusi yang dikedepankan untuk penyelesaiannya.
Saya kira itu pernyataan direksi terlampau emosional, gak bagus dia bersikap yang penting kan solusinya, karena ibu itu kan disitu menuntut hak suaminya,” sembari menambahkan, “hutang 2,6 T sangat besar untuk apa saja, diminta pihak BPK untuk memeriksa investasi gagal di PTPN I,” demikian tutup Yonizam.(Ryan)
Discussion about this post